Cerita Perjalanan Menuju Ujung Timur Pulau Flores

Hal menarik dari perjalanan menuju Larantuka

Din
3 min readJun 14, 2023

Mungkin tuhan memang menghendaki kami untuk melipir dan melepas penat di Labuan Bajo. Karena di hari terakhir kami seharusnya melanjutkan perjalanan ke Larantuka, ternyata Kak Supri salah melihat jadwal keberangkatan. Dengan bahagia kami extend satu hari di Labuan.

(Atau mungkin terumbu karang di Pulau Komodo bisa mendengar isi pikiranku yang sejak hari pertama membayangkan snorkeling di sana?)

Sebenarnya ada beberapa opsi perjalanan untuk sampai ke Larantuka, bisa menggunakan jalur darat, atau menggunakan pesawat. Tapi untuk menggunakan pesawat, calon penumpang sebisa mungkin harus bisa menerima dan berlapang dada atas ketidakpastian. Karena jadwal penerbangan yang telah kita pesan, bisa saja ditunda atau bahkan dibatalkan karena jumlah penumpang yang belum mencapai batas minimum.

Pengalaman tunda-menunda jadwal keberangkatan ini sudah kami rasakan. Karena tiba-tiba kami mendapat pemberitahuan bahwa, penerbangan kami dari Kupang ke Larantuka diundur satu hari. Namun mengingat jadwal kami cukup padat, alhasil kami memilih untuk menempuh jalur “fusion” (menggunakan pesawat dan dilanjutkan dengan mobil travel).

Kami memilih pesawat dengan rute Labuan Bajo — Maumere, sebelum melanjutkan perjalanan darat dari Maumere — Larantuka. Beruntungnya banyak hal menarik yang bisa ditemui saat menempuh perjalanan darat Maumere — Larantuka. Mungkin karena badan ini masih memiliki cukup tenaga untuk berbincang dengan om sopir yang mengantar kami.

Foto bemo (angkot) Maumere dari dalam mobil travel

Selama perjalanan om sopir bercerita tentang hasil kebun masyarakat Maumere seperti; pisang dan kelapa yang banyak dijual ke luar daerah, bahkan sampai ke pulau Jawa. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya olahan pisang di sana (kalian harus coba stik pisang kalau ada kesempatan untuk singgah di Maumere).

Hal menarik lainnya adalah cara masyarakat membawa kelapa yang baru selesai mereka panen. Untuk mempertimbangkan efisiensi tenaga dan juga waktu, masyarakat yang tidak menggunakan kendaraan pengangkut memanfaatkan sistem perairan di samping kebun kelapa untuk “mengangkut” hasil panen. Hasil panen yang mereka bawa tidak sedikit, kalau dibayangkan besarannya mungkin bisa mengisi setengah dari mobil angkut.

Selain hasil panen om sopir juga bercerita tentang Gunung Egon, gunung yang terlihat sangat cantik dari kejauhan, gunung yang ternyata aktif kembali di tahun 2006 setelah erupsi besar terakhir di tahun 1925. Tidak jauh dari Gunung Egon, om sopir sempat memberhentikan mobil untuk menunjukan pohon besar yang ternyata banyak sarang lebahnya. Sekilas memang tidak terlihat jelas, tapi kalau kita perhatikan hampir di setiap dahannya terdapat sarang lebah.

Pohon dan sarang lebah

Banyak pembelajaran yang bisa kita petik dari sebuah perjalanan, karena selama prosesnya ada pertukaran informasi baik dari teman perjalanan kita, atau dari lingkungan yang kita amati selama perjalanan.

Perjalanan darat yang kami tempuh terasa sangat cepat, karena banyak pemandangan cantik yang menemani. Setengah jam sebelum sampai di Kota Larantuka, kami berhenti di satu pemberhentian yang langsung menghadap ke Pulau Solor yang berdiri kokoh di kejauhan.

Ini bukan cerita penuhku saat berkegiatan di Larantuka, ini hanya cerita perjalanannya.

--

--