Bertu(m)buh

Din
2 min readJan 19, 2021

--

Tuhan Maha Adil atas ke-tidak adilan itu sendiri,

Aku ingat, malam hari saat aku baru menapaki kaki di Halim, salah satu teman mengundang ku untuk bergabung ke dalam konversasi daring dengan teman-temannya yang lain (yang tidak juga ku kenal).

Malam itu mereka berbincang dan mempertanyakan banyak hal dan salah satunya pertanyaan tentang ketuhanan.

Tuhan Maha Baik tapi kenapa masih ada cobaan?

Sebagai seorang yang (sok) “agamis” dan berpikiran praktis, aku hanya merespon apa yang ada di pikiran ku saat itu,

“Semua tergantung prespektif dalam melihat cobaan itu sendiri, mungkin tuhan sedang memberikan cobaan selayaknya seorang guru yang memberikan soal ujian kepada muridnya yang mau naik kelas.”

Penjelasan yang mudah untuk dilontarkan dari seorang manusia dengan pembawaan santai tanpa pikiran dan pengalaman pernah diberikan “soal ujian” oleh Tuhan.

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, Sang Maha Baik yang selama ini dipercaya oleh para pecintanya sebagai Maha Pengasih dan Pemurah, memberikan ujian hingga akhirnya manusia beranggapan bahwa ia sedang diberi cobaan.

Semua kesadaran akhirnya terkumpul, tatkala aku harus melihat bapak jalan kaki ke tempat pemotongan kayu bersamaan dengan aku yang tengah naik ojek online ke tempat magang.

Semua kesadaran terkumpul, saat aku melihat bapak dan ibu harus jalan kaki kerumah nini di Tamansari.

Semua kesadaran terkumpul, pada saat keluarga ku tidak memiliki uang untuk beli makan esok hari. Semua kesadaran terkumpul.

Tuhan maha tidak adil.

Hal itu yang selalu ada di pikiran ku selama akhir tahun kemarin, atau hingga sekarang mungkin. Betapa egoisnya pikiran manusia ini.

Semua hal yang dirasa nyaman, ingin selamanya dikekalkan dalam diri. Serakah. Aku benci keserakahan dan di saat yang bersamaan, aku tengah membenci diri sendiri.

Tidak ada kekekalan abadi, makanan yang super enak pun pada akhirnya akan berubah menjadi kotoran berbau busuk.

Bertumbuh, proses yang tanpa disadari akan datang dan menghampiri kehidupan tiap individu.

Selayaknya Kenai yang harus berubah menjadi beruang untuk menyadari proses pendewasaannya,

Sepertinya, aku pun sedang dalam proses transformasi yang tidak tahu akan berubah menjadi apa nantinya. Semoga tidak harus berubah menjadi seekor beruang dalam prosesnya.

Apakah Tuhan Maha Adil atas ke-tidak adilan itu sendiri?

Manusia bertubuh dan bertumbuh.

--

--